"JADILAH PEMUDA YANG BIJAKSANA"
"Pemuda Harus Sebagai Garam Dan Terang Dunia"
Minggu, 21 Januari 2018
Jumat, 19 Januari 2018
"PEMUDA YANG MEMILIKI KARAKTER YESUS"
Seberapa Pentingnya Karakter Bagi Seorang Pemuda Kristen Itu?
PAM Jemaat GKI Eden Tanjng Ria
- Karakter memegang peranan penting dalam seluruh aspek hidup. Karakter sangat penting dan sangat menentukan. Saking pentingnya, Jhon Maxwell berkata, “jangan mempekerjakan siapapun yang tidak dapat membuktikan karakternya, dan jangan bekerja sama dengan siapapun yang tidak berkarakter” Begitu juga dalam kehidupan rohani. Karakter akan sangat membantu pelayanan. Karakter sama seperti sebuah pohon, dan reputasi sama seperti bayang-bayang pohon tersebut. Perkataan seorang yang berkarakter bernilai sama dengan dirinya sendiri. Manusia tanpa keputusan karakter tidak pernah dapat dikatakan menjadi miliknya sendiri. Ia menjadi milik apapun yang dapat memikat dirinya” Artinya, orang yang tidak dipimpin oleh karakternya akan cenderung pragmatis dan tidak berpendirian.
Ada tiga kategori Pemuda yang berkenan dengan Karakter :
1. Pertama, ada orang yangberkarakter buruk/jelek/jahat.
2. Kedua, ada yang berkarakter baik/indah (subjektif/objektif).
3. Ketiga adalah orang yang belum berkarakter.
Orang yang dalam kategori ketiga adalah seorang yang masih labil, polos, dan berubah-ubah.
Apa itu karakter?
- Kamus Besar Bahasa Indonesia mendeskripsikan karakter sebagai: sifat, watak, dan tabiat.
- Kata karakter dalam Alkitab berasal dari kata Yunani yang berarti alat ukir atau alat pemahat. Dalam bahasa latin, karakter bermakna: ”tools for marking, to engrave.” Webster Dictionary memberi arti, “engrave, inscribe.”
- Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa karakter adalah “proses memahat jiwa, menandai diri atau mengukir diri sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik dan berbeda.”
- Karakter menurut Alkitab adalah menjalani hidup kita dihadapan Allah, takut hanya kepada Allah, dan berusaha hanya menyenangkan Tuhan, tidak perduli bagaimana perasaaan kita, atau apa yang mungkin akan dikatakan atau dilakukan orang lain.
- Membangun karakter ialah “mengukir nilai/prinsip kebenaran Allah atau mengoreskan/menandai diri dengan praktik hidup benar berdasarkan Alkitab.
- Secara sederhana karakter adalah: “melakukan apa yg benar karena hal itu benar. Orang yg berkarakter adalah orang yg melakukan apa yg benar karena alasan yang benar“. Karakter adalah tentang siapa kita, atau ada yang mengatakan tentang diri kita terbuat dari apa.
- Karakter-Karakter terbaik yang harus kita miliki menurut Alkitab ialah: Kerendahan hati, kesabaran, pengendalian diri, murah hati, sederhana, tahan uji, sukacita, pendamai, dll (Matius 5:1-12; Galatia 5:22).
Manfaat-manfaat memiliki karakter:
Pdt. Ch. Mirino, S.Th |
1. Karakter menjadikan kita pribadi yang berintegritas.
Karakter dan Integritas adalah dua hal yang berkaitan erat, yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Integritas jauh lebih dari sekedar tidak mengatakan kebohongan, dan lebih dari mengatakan kebenaran. Integritas berarti jujur pada siapa saya sebenarnya.
Seseorang bisa saja tampak baik di depan orang, tetapi lain halnya ketika ia berada ditempat yang gelap. Nah, ditempat yang gelap itulah sesungguhnya karakter aslinya.
a. Karakter adalah ketika Yusuf mengatakan tidak kepada isteri Fotifar, dan masuk ke dalam penjara karena bersikap jujur dan bersih.
b. Karakter adalah ketika Musa menyerahkan keistimewaannya sebagai pangeran Mesir untuk mengambil resiko dan masalah sebagai nabi orang yahudi.
c. Karakter adalah ketika Daniel menolak berkompromi meski hanya demi menu makan. Dan Sadrack, Mesakh, Abednego menyembah dewa Nebukadnezar.
d. Karena karakter Mathin Luther, John Hus, Pollycarpus memilih mati dari pada meninggalkan kebenaran.
2. Karakter menimbulkan dampak/pengaruh besar (Matius 5:13-14).
Orang Kristen yang berkarakter akan memancarkan sinar/cahaya kebenaran yang dapat menuntun orang lain kepada pertobatan dan iman kepada Yesus Kristus.
3. Karakter membuat kita menjadi seorang saksi Kristus yang efektif.
Pemuda Kristen yang berkarakter Kristus akan mudah didengar ketika ia berbicara. Banyaknya nada sumbang dan tuduhan palsu terhadap kekristenan dikarenakan banyaknya saksi-saksi Kristus yang berkarakter buruk. Kerap kali Injil menghadapi resistensi/penolakan disebabkan tingkah laku si pemberita Injil berlawanan dengan Injil itu sendiri.
Mengapa kita harus membangun Karakter?
PAM GKI Eden Tanjung Ria |
1. Membangun karakter adalah perintah Tuhan (Roma 12:2; Kol 3:12; Efs 4:17-32).
Tuhan tidak sekedar mengimbau atau memita anak-anakNya agar membangun karakter yang serupa dengan Dia, tetapi Tuhan memerintahkan agar setiap anak-anakNya menghasilkan buah, bertumbuh dewasa atau berkarakter Kristus (Yoh. 15).
2. Membangun karakter adalah tanggung jawab kita, bukan tanggung jawab Roh Kudus (Roma 12:2; Matius 3:8).
Karakter tidak otomatis ada dalam diri seseorang. Sesuai dengan definisinya, dan sesuai dengan keterangan Alkitab, karakter itu dibentuk. Setiap manusia terlahir tanpa karakter. Seperti sebatang kayu yang siap dipahat/diukir. Meskipun kita percaya semua manusia dilahirkan dengan kecenderungan pada tempramen tertentu, tetapi ia belum sepenuhnya menjadi karakter.
Membangun karakter bukan tanggung jawab Roh Kudus. Transformasi karakter bukanlah sesuatu yang didatangkan dari luar melainkan sesuatu yang dihasilkan dari dalam. Dimana peran Roh Kudus? Peran Roh Kudus menunjukkan kepada kita kehendak Allah; apa yang baik dan sempurna, yang berkenan kepada Allah (Rom. 12: 2). Dan peran Roh Kudus memberikan kita kekuatan untuk menaatinya.
Bagaimana karakter itu dibentuk?
1. Pikiran yang benar/ hati yang benar= Pembaharuan budi (ay 2)
Transformasi karakter dimulai dari pikiran. Hal ini bisa berarti bertobat (Metanoia) atau membersihkan pikiran & hati dari segala kotoran, sampah, tahayul dan filsafat dunia, dan mengisi pikiran dan hati dengan firman Tuhan.
Karakter yang baik dibangun diatas hati dan pikiran yang baik. Itu sebabnya, kita harus melindungilah hati dan pikiran kita dari pengaruh, tontonan, dan bacaan yang merusak (Ams 4:23; 2 kor 10:5; 2 kor 4:4).
Kamis, 02 Februari 2017
PAM GKI EDEN 2017
Dalam rangka perayaan Natal 25 Desember 2016 dan Tahun Baru 01 Januari2017 Persekutuan Anggota Muda (PAM) Jemaat GKI Eden Tanjung Ria, melaksanakan kegiatan Jalan Santa Claus. Kegiatan ini merupakan program PAM Jemaat GKI Eden yang melibatkan seluruh anggota PAM dan PAR Jemaat GKI Eden Tanjung Ria serta Warga Jemaat.
Rabu, 18 Mei 2016
"Pemuda dan Pengharapannya"
"PEMUDA DAN PENGHARAPANNYA"
"Anggota Sidi Baru Jemaa GKI Eden Tanjung Ria 2016" |
Jayapura Kamis 19 Mei 2016 "Bagi kebanyakan orang dewasa, masa muda adalah masa kehidupan yang menakjubkan. Mereka mengingat energi dan kegairahan yang mereka miliki semasa mereka muda. Mereka mengenang masa manakala mereka memiliki sangat sedikit tanggung jawab, manakala mereka bisa bersenang-senang dan di hadapan mereka terbentang banyak sekali kesempatan dalam hidup.
Kalian yang masih muda kemungkinan melihatnya dari sisi yang berbeda. Kalian mungkin memiliki problem untuk mengatasi perubahan emosi dan fisik masa muda. Di sekolah, kalian mungkin menghadapi tekanan yang kuat dari teman-teman sebaya. Kalian mungkin harus mengerahkan upaya yang gigih untuk menolak narkoba, alkohol, dan perbuatan amoral. Banyak dari kalian juga menghadapi masalah kenetralan atau masalah lainnya yang berkaitan dengan iman kalian. Ya, masa muda dapat menjadi masa yang sukar. Namun, masa muda adalah masa penuh kesempatan. Pertanyaannya ialah: Bagaimana kalian akan menggunakan kesempatan itu?
"Pengembalaan Anggota Sidi Baru" |
Pemuda dan Zaman Berbicara mengenai pemuda, berarti tidak bisa lepas dari zaman. Mengapa? Karena zaman dan pemuda serta zaman dan Injili sangatlah erat. “Pemuda dan Krisis Zaman menjadi buah pemikiran beliau tentang pemuda Kristen di zaman ini. Bagaimana kita sebagai seorang pemuda Kristen harus menegakkan identitas diri, menegakkan kepercayaan Kristen, menegakkan keyakinan, menegakkan arah zaman, menegakkan kualitas iman, menegakkan bobot hidup, dan menegakkan niat mempermuliakan Allah. Zaman yang terus bergulir tanpa memandang bulu berada di tangan pemuda-pemuda seperti ini. Jika para pemuda gagal atau lalai mengemban tugas dan misinya, bahkan tidak sadar akan misinya, maka zaman yang baru tidak memiliki pengharapan Apa dan Mengapa? menjadi buah pemikiran beliau tentang keberadaan gerakan di tengah zaman ini mulai dari motivasi, dasar, rencana dan pelaksanaan, serta arah ke depan. Gerakan yang berada di dalam gelombang transisi dari masyarakat agrikultural (pertanian) menuju masyarakat industrialisasi dan juga menuju masyarakat informasi. Itulah sebabnya gerakan ini tidak mudah diikuti oleh orang yang belum biasa dengan kedahsyatan gelombang transisi ini.Dibutuhkan pemuda-pemuda yang cakap, kuat, dan mau untuk meneruskan gerakan ini. Pemuda yang cukup luas untuk menampung beban dan kesulitan dalam berbagai lapisan masyarakat untuk membawa terang Firman dan Injil di tengah-tengah dunia.
"Pengharapan Yang Pasti" |
Apakah kita sebagai pemuda Kristen menyadari arah sejarah pekabaran Injili yang melawan arus yang tidak biasa yaitu arus gelombang transisi yang dahsyat? Dalam berbagai kesempatan saya (Ulis Nuboba) mengatakan bahwa manusia dibagi menjadi tiga jenis: yaitu ia mewarisi sejarah yang telah ada, ia menganalisis sejarah, dan ia mengubah sejarah. Apakah kita sudah mulai mengambil langkah untuk mempelajari sejarah? Atau justru kita melewatkan waktu yang lewat, memasukkan museum ke dalam museum, dan menyejarahkan sejarah itu sendiri saja?
MAKNA PENCURAHAN ROH KUDUS BAGI KITA
——————————————————————————————————————————————————
Gedung Gereja GKI Eden Tanjung Ria (Photo: Ulis Noeboba/07-05-2016) |
JAYAPURA. Peringatan hari raya Pentakosta sering kita pahami sebagai hari pencurahan Roh Kudus. Pandangan tersebut sangatlah tepat. Tetapi bagi umat Israel Perjanjian Lama, hari raya Pentakosta yang mereka sebut dengan istilah “Shavuot” lebih dihayati sebagai hari turunnya Taurat di gunung Sinai, dan juga “Shavuot” merupakan hari pengucapan syukur atas hasil panen sebagai bukti pemeliharaan Allah di dalam hidup mereka. Semua ide tersebut menyatakan satu prinsip teologis, yaitu pencurahan berkat-berkat Allah yang rohaniah dan jasmaniah dalam kehidupan umatNya. Pewahyuan Taurat merupakan karunia rohaniah, dan hasil panen merupakan karunia pemeliharaan Allah kepada umatNya. Pada sisi lain umat Israel di Perjanjian Lama sebenarnya juga mengenal pencurahan roh. Namun makna pencurahan roh dalam kehidupan umat Israel di Perjanjian Lama masih terbatas dalam peristiwa pengurapan seorang Raja, Imam dan Nabi. Jadi sangat menarik kitab nabi Yoel yang dijadikan sumber kitab Kisah Para Rasul justru menyatakan, yaitu: “Akan terjadi pada hari-hari terakhir – demikianlah firman Allah – bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi” (Kis. 2:17). Nubuat nabi Yoel tersebut menjadi suatu kenyataan pada hari Pentakosta. Di Kis. 2:1 menyaksikan bagaimana semua orang percaya kepada Kristus mendapat pencurahan Roh Kudus. Yang mana pencurahan Roh Kudus yang dahulu di zaman Perjanjian Lama masih terbatas pada kalangan “elit” tertentu, kini pada hari Pentakosta di Perjanjian Baru meluas dalam lingkup “setiap orang percaya”. Bahkan anak-anak perempuan dan orang-orang muda pada hari Pentakosta tersebut juga memperoleh pencurahan Roh Kudus.
Kehidupan kita di antara sesama saat ini sering ditandai oleh kegagalan dalam berkomunikasi dan kesalahpahaman sehingga menimbulkan berbagai konflik dan pertikaian, serta tidak jarang terjadi pertumpahan darah. Walaupun kita seiman, namun tidak jarang kita mengalami kesulitan dan kegagalan untuk memahami “world-view” (pandangan dunia) sesama anggota jemaat kita. Apalagi komunikasi yang kita lakukan dengan orang yang tidak seiman, tidak satu suku/etnis, tidak sama tingkat pendidikan dan tingkat sosialnya akan berada dalam jarak yang lebih lebar dan sulit. Akibatnya hidup kita saat ini sering terkotak-kotak, saling mengucilkan dan mencurigai sesama. Bahkan yang lebih memprihatinkan hubungan di tengah-tengah keluarga juga terkotak-kotak, sehingga hubungan antara suami-isteri sering ditandai oleh kesalahpahaman, pertikaian dan perceraian. Selain itu pada zaman yang modern ini kita masih mengahdapi masalah diskriminasi gender kepada kaum wanita, yang mana kaum wanita masih sering menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga. Demikian pula hubungan antara orang-tua dan anak mengalami masalah yang makin kompleks. Pada saat kita gagal dalam komunikasi sehingga menimbulkan kesalahpahaman dan konflik dengan sesama, sesungguhnya kita juga kehilangan perasaan damai-sejahtera. Sebenarnya pengalaman kehilangan perasaan damai-sejahtera merupakan suatu sinyal rohani yang dikaruniakan oleh Tuhan untuk mengingatkan bahwa hidup kita tidak bahagia karena kita telah gagal dalam memahami dan mengasihi sesama kita.
Janji Tuhan Yesus yang akan mengutus Roh Kudus pada prinsipnya bertujuan agar hubungan antara sesama dalam kehidupan umat manusia ditandai oleh kemampuan untuk mengasihi. Itu sebabnya di Yoh. 14:15-16, Tuhan Yesus berkata: “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahKu. Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu, yaitu Roh Kebenaran”. Karya Roh Kudus yang utama adalah memulihkan kemampuan umat percaya untuk saling mengasihi, sehingga hubungan dan komunikasi yang terputus dapat terjalin kembali. Sehingga dalam keluarga atau rumah-tangga umat percaya diharapkan tidak ada lagi yang melakukan kekerasan dalam berbagai bentuk, baik kekerasan secara fisik maupun kekerasan secara emosional. Tetapi kenyataan justru berbicara lain. Keluarga orang-orang Kristen justru sering terlibat dalam kekerasan fisik dan emosi kepada anggota keluarganya. Para pelaku kekerasan tersebut sesungguhnya orang-orang yang belum mampu berdamai dengan masa lalunya yang buruk. Mereka membutuhkan pencurahan Roh sehingga luka-luka batin mereka disembuhkan. Karya Roh Kudus bertujuan untuk mendamaikan diri kita dengan Allah dan sesama kita. Itu sebabnya Roh Kudus yang adalah Penghibur dikaruniakan kepada umat percaya agar mereka mengalami damai-sejahtera Kristus yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. Di Yoh. 14:27 Tuhan Yesus berkata: “Damai-sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai-sejahteraKu Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu”. Dengan demikian karya Roh Kudus dikaruniakan kepada kita agar Dia membalut dan menyembuhkan semua luka-luka batin atau luka-luka dalam emosi kita, sehingga kita dapat mengalami damai-sejahtera dan pengampunan dari Kristus.
PAR GKI Eden Tanjung Ria |
Di Rom. 8:1-13, pada prinsipnya rasul Paulus mengingatkan kepada umat percaya bahwa setiap orang yang hidup dalam kuasa Roh tidak akan hidup lagi dalam keinginan daging. Sebab kuasa Roh memberi kita hidup setelah kita dimerdekakan oleh Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Rasul Paulus berkata: “Demikianlah sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus, Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut”. Ini berarti pencurahan Roh Kudus yang telah diterima oleh setiap orang percaya ketika dia dibaptis dan mengaku percaya sesungguhnya diberi karunia untuk hidup menurut Roh. Dengan karunia Roh tersebut mereka telah diberi kemampuan untuk menolak dan melawan kehidupan menurut daging. Namun seringkali karunia Roh yang sebenarnya telah memerdekakan setiap orang percaya dari keinginan daging tersebut tidak diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Justru kita membiarkan keinginan daging menguasai seluruh aspek kepribadian kita. Sehingga arah dan orientasi hidup kita tertuju kepada keinginan daging dan hawa-nafsu dunia ini. Kita menjadi budak dan hamba dari hawa nafsu seperti misalnya: hawa-nafsu amarah, serakah, bersikap sewenang-wenang, nafsu seksuil yang liar, sikap konsumerisme, dan sebagainya. Di Rom. 8:6 merupakan gambaran bagaimana perbedaan orientasi antara mereka yang hidup menurut daging dan mereka yang hidup menurut Roh, yaitu: “Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang dari daging; mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang dari Roh”. Karena itu karya Pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta ini bertujuan untuk memulihkan kembali arah dan orientasi hidup kita agar tertuju kepada keinginan Roh belaka. Kita semua dipanggil untuk tidak bersikap toleran dan tidak berkompromi sedikitpun dengan berbagai keinginan daging. Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai-sejahtera (Rom. 8:6).
Manakala kita dibebaskan dari keinginan daging, maka oleh kuasa Roh Kudus kita diberi karunia damai-sejahtera. Dalam hal ini makna damai-sejahtera merupakan lawan dari roh ketakutan dan kecemasan. Firman Tuhan di Rom. 8:14-15 berkata: “Semua orang yang dipimpin Roh Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa”. Ketika kita hidup menurut keinginan daging maka kita terbelenggu oleh hawa-nafsu dan kuasa dosa sehingga membuat kita terpisah dari persekutuan dengan Allah. Kita dikuasai oleh roh perbudakan yang membuat kita hidup dalam ketakutan (Rom. 8:14). Kita kehilangan damai-sejahtera di dalam hati kita karena hidup kita menjadi telah seteru Allah. Padahal damai-sejahtera merupakan suatu kebutuhan rohaniah yang paling mendasar. Tanpa damai-sejahtera dari Allah, maka hidup kita tidak dapat mengenyam makna bahagia dalam hidup ini. Tepatnya tanpa damai-sejahtera dari Allah, kita tidak bahagia. Namun kita sering membungkam perasaan tidak bahagia ini dengan melakukan berbagai keinginan daging. Untuk jangka waktu sementara hati kita memang terhibur. Tetapi perasaan tidak bahagia yang ditutupi oleh berbagai keinginan daging sesungguhnya makin memperdalam penderitaan batin kita. Keadaan tersebut seperti seseorang yang sedang kehausan dengan meminum banyak air laut. Dia akan makin haus ketika minum air laut, tetapi tak lama lagi dia akan mati. Di tengah-tengah dunia yang berdosa ini Kristus tidak membiarkan diri kita seperti yatim-piatu (Yoh. 14:18), yaitu orang-orang yang kehilangan kedua orang-tuanya. Karena itu Dia mencurahkan Roh KudusNya agar hubungan kita dengan Allah dipulihkan. Kuasa Roh Kudus memampukan kita untuk hidup sebagai anak-anak Allah sehingga dalam hidup kita sehari-hari terjalin hubungan yang mesra dengan Allah. Di dalam kuasa kasih Kristus, kita diperkenankan untuk memanggil Dia yang kudus dengan “ya Abba, ya Bapa”.
PAM dan PAR GKI Eden Tanjung Ria |
Karya pencurahan Roh Kudus sering dikaitkan dengan pemberian berbagai karunia kepada setiap orang percaya. Sehingga ketika gereja-gereja Tuhan yang tidak terlalu menonjolkan berbagai karunia Roh dianggap sebagai gereja yang hidup tanpa roh. Bagaimana kita harus menjawab permasalahan ini? Selaku gereja Tuhan, kita tidak menyangkal bahwa karya Roh Kudus juga mengaruniakan berbagai macam karunia seperti karunia hikmat, pengetahuan, menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh, karunia bahasa roh dan menafsirkan bahasa roh (I Kor. 12:8-10). Namun yang ditonjolkan oleh kalangan tertentu ternyata bukan karunia hikmat, pengetahuan, bernubuat dan membedakan bermacam-macam roh; melainkan yang sangat ditonjolkan justru karunia menyembuhkan orang sakit, membuat mukjizat dan karunia bahasa roh. Mengapa karunia-karunia tersebut yang ditonjolkan bahkan sering dijadikan ukuran untuk menentukan tingkat dan kualitas iman? Mengapa gereja-gereja atau kelompok-kelompok persekutuan tersebut juga tidak menonjolkan pula karunia-karunia Roh seperti: karunia hikmat, pengetahuan, bernubuat dan karunia untuk membeda bermacam-mcam roh? Keadaan tersebut menunjukkan bahwa ternyata kita tidak mampu menempatkan karunia-karunia Roh secara proporsional dan bertanggungjawab sesuai dengan panggilan hidup kita selaku umat pecaya. Padahal seluruh karunia tersebut ditempatkan oleh rasul Paulus untuk membangun jemaat dalam kesatuan tubuh (I Kor. 12:13, 24-25). Ini berarti karunia Roh yang utama adalah kasih. Sebab kasih senantiasa dapat menjembatani suatu jarak yang semula terputus, dan memampukan setiap pihak yang berbeda untuk hidup dalam rasa hormat dan sikap saling menghargai. Ketika kita mampu untuk saling mengasihi dan membangun kehidupan persekutuan, maka kita juga mengalami makna damai-sejahtera sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Tuhan Yesus.
Jika demikian, karya pencurahan Roh Kudus pada hakikatnya merupakan karunia Allah bagi setiap orang percaya agar kita mengalami transformasi dalam spiritualitas iman kita. Setiap orang percaya yang hidup menurut Roh senantiasa ditandai oleh perubahan hidup yang terus-menerus, dan pada saat yang sama setiap orang percaya hidup berdamai dengan Allah. Karya Roh Kudus bersifat transformatif sekaligus menciptakan rekonsiliasi dengan Allah, sesama dan dengan diri kita sendiri. Ketika spiritualitas dan kepribadian kita ditransformasi oleh Roh Kudus, sehingga kita juga dapat mengalami rekonsiliasi dengan Allah, sesama dan diri sendiri; bukankah kita juga dimampukan menjadi para pribadi yang dapat mengalami damai-sejahtera Allah? Tanda-tanda pencurahan Roh Kudus dapat terlihat pada kenyataan yang terjadi dalam spiritualitas dan kepribadian kita, yaitu apakah kita telah berdamai dengan Allah, sesama dan diri kita sendiri. Ketika kita telah diperdamaikan oleh kuasa Roh Kudus, maka kita juga dimampukan untuk mengasihi Allah, sesama dan diri kita sendiri. Bagaimana dengan kehidupan saudara saat ini? Apakah saudara telah mengalami damai-sejahtera? Juga apakah hidup saudara sungguh-sungguh bahagia dan penuh makna? Bila belum, maka pada saat ini Allah menawarkan kasih-karuniaNya kepada kita. Kristus menawarkan Roh KudusNya yang mampu membebaskan diri kita dari roh perbudakan, yaitu kuasa dosa yang mengikat dan membelenggu diri kita. Amin.
Selasa, 17 Mei 2016
IBADAH PENTAKOSTA II JEMAAT GKI KLASIS JAYAPURA SE RAYON "C"
JAYAPURA,- Ibadah perayaan Pantekosta II atau Pecurahan Roh Kudus (Zending Vest) oleh Jemaat GKI se-Rayon C Klasis Kota Jayapura, yang bertempat di halaman Fakultas Kedokteran Universitas Cendrawasih, Jalan Raya Abepura-Sentani, Kelurahan Kota Baru, Distrik Abepura, Papua, Senin (16/5/2016).
Ibadah ini mengambil tema "Bertekun dan sehati meningkatkan pelayanan demi kesejahteraan umat dan kemuliaan nama Tuhan dan sub thema "Dengan semangat Pentakosta, jemaat GKI Klasis Jayapura se-rayon C sehati mensyukuri dan meningkatkan persekutuan, kesaksian dan pelayanan untuk menolong orang lain dalam mewujudnyatakan kuasa dan kasih Tuhan bagi sesama manusia demi kemuliaan Tuhan.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua GKI Harapan Abepura Pdt. Fredy H. Toam mengatakan, perayaan Pentakosta adalah Roh Kudus atau Allah yang diberikan kepada manusia sebagai peran untuk menyatukan manusia dalam satu keyakinan iman yang sama, yaitu percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.
"Bila kita memberi syukur di Hari Pentakosta, syukur kita semata-mata karena melalui karya Roh Kudus, kita mengenal Iman kepada Yesus untuk rasa memiliki satu sama lain dalam diri umat Kristen Katolik agar menjadi semangat dalam menjalani kehidupan," kata Bapak Pdt. Fredy. H Toam.
Photo : Ulis Noe#16.05.20016
IBADAH PENTAKOSTA II JEMAAT GKI KLASIS JAYAPURA SE RAYON "C"
Selasa, 03 Mei 2016
"Sebagai Pemuda Kristen Sudahkah Kita Berdampak Bagi Sesama Kita?"
"PEMUDA SEBAGAI GARAM DAN TERANG BAGI DIRINYA, KELUARGA, DAN BANGSANYA"
Ulis Nuboba
Rabu, 04 Mey 2016
Seandainya gereja bisa mengerjakan hal ini, tentu akan menjadi sangat berbeda karena akan ada para anak muda yang memiliki dasar rohani kuat dan siap berkarya bagi dirinya, keluarganya, lingkungnya, dan bangsa.
Apakah senang membaca Alkitab, rajin berdoa, aktif di gereja, perkataannya rohani, berpakaian rapi, menjaga pergaulannya, dan melakukan banyak hal baik lainnya? Di luar ciri-ciri itu, apakah seorang anak muda akan dianggap sebagai anak dunia yang tidak rohani.
Tidak heran kalau anak muda Kristen akhirnya menghabiskan waktunya bersekutu dan bergaul hanya dengan sesama saudara seiman. Tentu ini tidak salah. Bukankah Yesus sendiri berkata di dalam doanya, "Mereka bukan dari dunia, sama seperti Aku, bukan dari dunia" (Yohanes 17:16).
Memang, orang Kristen adalah warga negara Kerajaan Surga sehingga nilai-nilai Kerajaan Surgalah yang harus dilakukan. Salah satunya tertulis dalam khotbah di bukit (Matius 5-7). Tidak heran jika akhirnya ada sekelompok orang yang memilih menjauhkan diri dari ingar-bingar dunia dan memfokuskan hidupnya hanya kepada "surga". Kalau memang itu yang Tuhan mau, lalu untuk apa kita ada di dunia? Untuk apa kita ada di Indonesia?
Bukankah lebih baik kalau kita langsung ke surga meskipun kebanyakan orang juga tidak akan mau kalau disuruh cepat mati, apalagi anak muda, kecuali mungkin yang sedang "galau" dan banyak utang. Tentu, Tuhan punya rencana ketika menempatkan manusia di dunia. Salah satunya adalah untuk menjadi garam dan terang (Matius 5:13-17).
Orang percaya memang harus tinggal dan berbuat sesuatu bagi dunia, tetapi dengan catatan, tetap berhati-hati. Hal ini seperti yang Paulus ingatkan di Roma pasal 12 ayat 2, "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Apa yang seharusnya dilakukan anak muda Kristen saat ini, lalu bagaimana bisa mewujudkannya? Tentu, gereja mengambil peran sangat penting dalam hal ini. Gereja harus berpandangan bahwa anak muda Kristen memang bukan dari dunia, melainkan ditempatkan Tuhan di dunia untuk berdampak bagi sekitar. Di gerejalah, anak muda akan ditempa dalam pengenalan akan firman Tuhan yang benar, firman yang bisa menjadi pegangan ketika menghadapi kehidupan di dunia yang serba relatif, dunia adalah tempat di mana dosa ada dan berkembang. Ironisnya masa sekarang, hal-hal yang dianggap tabu justru sekarang dianggap biasa. Ironisnya, hal ini masih belum banyak dikerjakan gereja. Lembaga ini belum bisa melahirkan anak-anak muda yang siap berdampak bagi dunia. Ibaratnya, gereja hanya memberikan perlengkapan perang, tetapi tidak mengutusnya berperang. Seandainya gereja bisa mengerjakan hal ini, tentu bangsa Indonesia akan menjadi sangat berbeda karena akan ada para anak muda pilihan yang memiliki dasar rohani kuat, yang siap berkarya bagi bangsa.
Kenyataannya memang cukup memprihatikan karena ketika kita mencari nama orang Kristen yang berdampak dalam segala bidang, ternyata hanya ada segelintir nama yang muncul. Itu pun kebanyakan adalah artis yang kadang malah tidak menunjukkan kesaksian hidup yang baik. Hal ini terjadi karena sejak masih muda, mereka tidak ditantang memikirkan yang harus dilakukan bagi sekitar. Padahal seharusnya, mereka bisa lebih kritis memikirkan banyak hal, misalnya dampak global warming bagi kotanya, apa pengaruhnya ketika memutuskan golongan putih pada saat di Pemilihan Umum, hubungan nilai tukar dolar dengan perekonomian bangsa, pentingnya pendidikan bagi orang di pedesaan, sarana kesehatan bagi orang miskin, dan masih banyak hal yang seharusnya bisa dipikirkan, didoakan, dan dicari solusinya. Apa yang bisa dikerjakan gereja untuk mengatasi hal semacam ini? Salah satu hal yang bisa dilakukan adalah mengadakan pemahaman Alkitab secara intensif guna memberi dasar rohani. Akan tetapi, ini harus ditambah "nilai lebih", yaitu sambil memikirkan tindakan nyata yang bisa diterapkan di dalam kehidupan sebagai warga negara.
Gereja juga harus berani keluar untuk mulai mengadakan kerja sama dengan banyak pihak, termasuk dengan organisasi atau lembaga nonagama. Hal tersebut untuk menambah wawasan maupun langsung bisa berkarya di bangsa ini. Tentu hal ini tidak mudah karena generasi muda sekarang adalah generasi instan dan online, generasi yang terbiasa enak dan asyik dengan diri sendiri. Jangankan nasib bangsa, keluarga saja kadang tidak dipedulikan ketika mereka asyik dengan gawai dan permainannya. Namun, hal ini jangan membuat kita menyerah. Terus perjuangkanlah hal-hal yang baik. Ulangi terus ajakan yang kita lakukan supaya mereka bisa berbuat sesuatu yang bermakna dalam hidupnya. Gereja harus meneladani orang tua zaman Perjanjian Lama yang diperintahkan Tuhan untuk mengajarkan tentang Tuhan secara berulang-ulang kepada anak-anaknya, serta membicarakannya di mana pun mereka berada (Ulangan 6:6). Meskipun seolah-olah terlihat masuk telinga kiri, keluar telinga kanan, yakinlah yang ditabur kepada anak muda tidak akan sia-sia. Suatu saat pasti akan ada anak muda Kristen yang siap menjadi garam dan terang bagi Indonesia.
PAM JEMAAT GKI EDEN TANJUNG RIA 2016
Langganan:
Postingan (Atom)